RSS

Hidup dengan 7000 Perak / Hari

01 Nov

tempeAwal kuliah di Teknik Sipil UGM, saya menempati sebuah rumah kost (khusus laki-laki ^^) di daerah Pogung, tepatnya Pogung Dalangan. Di sebuah kamar yang cukup luas, berukuran 3 x 3,5 meter tanpa kamar mandi dalam, saya hanya membayar 2 juta per tahun. Relatif murah dengan rata-rata harga sewa kos di Jogja antara 2 – 2,5 juta per tahun dengan luas kamar rata-rata 3 x 3 meter. Yang masih saya ingat di tahun pertama kuliah itu adalah, bahwa saya hanya menghabiskan uang 7000 perak setiap harinya untuk makan !

Orangtua saya memberi uang saku 15 ribu per hari untuk makan. Dengan asumsi lauk tempe tahu dan cukup air putih saja. Awalnya, uagn 15 ribu pasti habis dengan menu makan nasi + telur atau nasi + tempe + es jeruk/es teh. Namun, lama kelamaan, saya mulai menemukan polanya. Ternyata, jika kita pintar memilih warung makan, harga minimalis pun bisa kita dapatkan. Strategi yang saya terapkan adalah :

  1. Sarapan : terdapat sebuah warung yang terkenal dengan sebutan “Warung Bambu” dikarenakan dindingnya terbuat dari bambu, atau “Warung Biru” karena cat birunya. Warung ini terletak +/- 50 meter dari tempat kos saya. Dan memang cukup terkenal lagi ramai pengunjung. Sarapan ? Cukup dengan nasi + sayur + tempe 1 biji dan segelas air putih hanya dihargai : 2500 perak.
  2. Makan siang : ulangi langkah kedua. Jika bosan ganti menu dengan tahu (masih tetap 1 biji).
  3. Makan malam : untuk makan malam, saya mengandalkan sebuah warung yang terkenal dengan “Warung Pak Pe” atau “Angkringan Pak Pe” karena terdapat gerobak angkringan tempat beliau, Pak Pe, berjualan. Menu makan malam : nasi + sayur + gorengan tempe 1 biji hanya dihargai : 2000 perak. Lalu mengapa sarapan dan makan siang tidak sekalian saja di sini? Jawabnya karena warung ini hanya buka mulai pukul 16.00 WIB. Namun, di saat kondisi keuangan saya benar-benar seret, terpaksa saya mundurkan jam makan siang saya yang awalnya pukul 14.00-15.00 menjadi pukul 16.00 WIB, bertepatan dengan bukanya Warung Pak Pe.

Mari sedikit mengingat materi matematika SD : 2500 + 2500 + 2000 = 7000 perak !

Kabar sedihnya : Warung Bambu kini telah berganti penjaga, jika dulunya “Mbak” yang biasa menjaga memberi bandrol 2500 perak, kini menjadi 3500 perak. Saya sendiri tidak tahu apakah pergantian penjaga tersebut dikarenakan murahnya bandrol harga yang ditawarkan atau apa. Entahlah, namun dengan pindahnya kos saya sekarang, saya juga jarang mengunjungi warung ini. Begitu pula dengan Warung Pak Pe, kini pindah dan harganya juga tidak semurah dulu. Namun, masih tetap terjangkau mahasiswa-mahasiswa mengenaskan seperti saya.

Sampai sekarang saya masih belum menemukan kombinasi warung yang tepat agar pengeluaran dapat diminimalkan. Barangkali ada yang ingin menambahkan ?

 
3 Komentar

Ditulis oleh pada November 1, 2009 inci Kuliner Jogja

 

Tag: , , , , ,

3 responses to “Hidup dengan 7000 Perak / Hari

  1. San

    Mei 18, 2010 at 3:35 am

    Wah,hemat sekali.. Jaman saya awal kuliah (6 thn lau) di jkt, paling tidak saya ngeluarin uang goceng/5ribu rupiah untuk sekali makan

     
  2. juansyah

    Mei 19, 2010 at 4:14 pm

    salut,. g kayak saya boros bgt,. hehe

     
  3. toko ihya

    Mei 29, 2010 at 1:35 am

    1. makan 1 kali sehari jam 12 atau 13, yang penting di tengah kehidupan dalam 1 hari..dengan menu enak2 tapi seharga 7000, bisa dapat nasi+sayur+tempe+telur+sate ayam ( 1 tusuk )+air putih, di warung pojok sebelum pak soleh..cara makannya juga diatur, yaitu dengan mengakhirkan lauk yang enak, jadi setelah makan ada sensasi kenyang makan enak ^^
    2. 2 kali sehari, jam 9 pagi dan 16, dengan menu biasa, di warung yang sama dengan no 1 dengan cara yang sama…
    silahkan dicoba..jangan kuatir ndak bisa,karena sudah ada yang mencoba…ha3..

    @ mas nurman : wah zuhud tenan awakmu ya syaikh.. sufi.. ^^

     

Tinggalkan komentar